Oleh: ibud76 | Maret 6, 2008

Fixed Exchange Rate Currency Policy

Judulnya kok kayaknya rada2 bikin ‘merinding’ ya…

maksudnya… saat ini otoritas moneter di Venezuela menerapkan kebijakan kurs tetap, artinya saat ini nilai tukar mata uang setempat, yaitu Bolivares (Bs.) dipatok tetap, yaitu 1 USD = 2.15 Bolivares.

Sebenarnya, efektif atau tidaknya suatu kebijakan kurs (tetap atau mengembang), amat tergantung dengan kondisi (fundamental) ekonomi suatu negara.

Dalam rezim kurs tetap, ada beberapa hal krusial yang perlu diperhatikan, diantaranya (setidaknya) adalah sebagai berikut :

  1. Cadangan devisa yang memadai
  2. Fundamen ekonomi yang kuat, artinya ketergantungan terhadap ‘impor’ tidak besar
  3. Peranan otoritas moneter yang bagus untuk selalu mengontrol supply & demand atas foreign currency, sehingga nilai tukar tetap bisa terjaga.

nah…, bagaimana dengan venezuela?

Venezuela merupakan salah satu negara terkaya di Amerika Latin, dengan penduduk sekitar 26 juta jiwa, negara ini memiliki cadangan devisa sekitar USD 30 milyar (bandingkan dengan Indonesia dengan penduduk sekitar 220 juta jiwa memiliki cadangan devisa sekitar USD 30-an milyar juga), artinya dari sisi cadangan devisa negara ini secara teknis punya modal yang cukup kuat. 

Perekonomian Venezuela amat ditopang oleh sektor migas, negara ini merupakan pengekspor dan pemasok minyak terbesar ke Amerika Serikat, begitu pula cadangan devisa yang ada saat ini juga mengandalkan pemasukan dari sektor migas. Lain halnya dengan sektor non migas, sejauh pengamatan saya, negara ini tidak memiliki industri lain yang dapat diandalkan selain migas dan (sedikit) pariwisata. Bila masuk ke supermarket2, hampir tidak ada barang2 atau merk2 yang ada label ‘made in venezuela’, hampir seluruh kebutuhan masyarakat dipenuhi dari impor, dari bumbu masak hingga sandal jepit. Artinya, kebutuhan masyarakat amat bergantung pada produk2 impor.

Pada saat tingkat konsumsi masyarakat meningkat, tentunya importir akan berusaha menambah pasokan barang2 impor yang tentunya membutuhkan penambahan devisa (umumnya USD dan Euro) untuk membeli barang2 impor tsb. Di pihak lain otoritas pemerintah dalam hal cadangan devisa (namanya : CADIVI) membatasi pemberian devisa kepada importir, untuk menghemat cadangan devisa dalam rangka stabilitas ‘kurs’. Akibatnya timbulah pasar gelap USD dan Euro untuk memenuhi demand yang tinggi, dimana harganya amat tergantung ‘hukum pasar’, yg saat ini ada di kisaran 1 USD = 4,40 – 4,70 Bs.

Cerita berikutnya bisa ditebak, barang yang awalnya diimpor dengan kurs 1 USD = 2,15 Bs, kemudian diimpor dengan kurs 1 USD = 4,4 Bs, mengakibatkan harga jual ditingkat eceran melambung (inflasi meningkat tajam).

He3… ternyata susah ya ngurus ekonomi negara… kalo cadangan devisa diobral takutnya cepet abis, tapi kalo pelit akibatnya juga gak bagus.

    

 


Tanggapan

  1. gak bikin merinding kok!!suwir2 malah..


Tinggalkan komentar

Kategori